ANGGARAN
DASAR NAHDLATUL ULAMA 2010
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
MUQADDIMAH
Bahwa agama Islam merupakan rahmatan lil ‘alamin
(rahmat bagi semesta alam) dengan ajaran yang mendorong terwujudnya
kemaslahatan dan kesejahteraan hidup bagi segenap umat manusia di dunia dan
akhirat.
Bahwa para ulama Ahlussunnah wal Jama'ah Indonesia
terpanggil untuk melanjutkan dakwah Islamiyah dan melaksanakan amar ma'ruf nahi
munkar dengan mengorganisasikan kegiatan-kegiatannya dalam suatu wadah
organisasi yang bernama NAHDLATUL ULAMA, yang bertujuan untuk mengamalkan
ajaran Islam menurut faham Ahlussunnah wal Jama'ah.
Bahwa kemaslahatan dan kesejahteraan warga NAHDLATUL
ULAMA menuju Khaira Ummah adalah bagian mutlak dari kemaslahatan dan
kesejahteraan masyarakat Indonesia. Maka dengan rahmat Allah Subahanahu wa
Ta'ala, dalam perjuangan mencapai masyarakat adil dan makmur yang menjadi
cita-cita seluruh masyarakat Indonesia, Perkumpulan/Jam'iyah NAHDLATUL ULAMA
beraqidah/berasas Islam menganut faham Ahlusunnah wal Jama’ah dalam bidang
aqidah mengikuti madzhab Imam Abu Hasan Al-Asy’ari dan Imam Abu Mansur
al-Maturidi; dalam bidang fiqh mengikuti salah satu dari Madzhab Empat (Hanafi,
Maliki, Syafi'i, dan Hanbali); dan dalam bidang tasawuf mengikuti madzhab Imam
al-Junaid al-Bagdadi dan Abu Hamid al-Ghazali.
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, NAHDLATUL ULAMA
berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Bahwa Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila bagi umat
Islam adalah keyakinan tauhid bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah
kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Bahwa cita-cita
bangsa Indonesia dapat diwujudkan secara utuh apabila seluruh potensi nasional
diberdayakan dan difungsikan secara baik, dan NAHDLATUL ULAMA berkeyakinan
bahwa keterlibatannya secara penuh dalam proses perjuangan dan
pembangunan nasional merupakan suatu keharusan.
Bahwa untuk
mewujudkan hubungan antar bangsa yang adil, damai dan manusiawi menuntut saling
pengertian dan saling memerlukan, maka NAHDLATUL ULAMA bertekad untuk
mengembangkan ukhuwah Islamiyah, ukhuwah Wathoniyah dan ukhuwah
Insaniyah yang mengemban kepentingan nasional dan internasional dengan
berpegang teguh pada prinsip-prinsip al-ikhlash (ketulusan), al-‘adalah
(keadilan), at-tawassuth (moderasi),
at-tawazun (keseimbangan) dan at-tasamuh (toleransi).
Bahwa Perkumpulan/Jam’iyyah Nahdlatul Ulama tetap
menjunjung tinggi semangat yang melatarbelakangi berdirinya dan prinsip-prinsip
yang ada dalam Qanun Asasi.
Menyadari hal-hal di atas, Perkumpulan/Jam'iyah sebagai
suatu organisasi maka disusunlah Anggaran Dasar NAHDLATUL ULAMA sebagai
berikut:
BAB I
NAMA, KEDUDUKAN DAN STATUS
NAMA, KEDUDUKAN DAN STATUS
Pasal 1
1. Perkumpulan/Jam'iyah
ini bernama Nahdlatul Ulama disingkat NU.
2. Nahdlatul Ulama didirikan di Surabaya pada tanggal 16 Rajab 1344
H bertepatan dengan tanggal 31 Januari 1926 M untuk waktu yang tak terbatas.
Pasal 2
Nahdlatul Ulama berkedudukan di Jakarta, Ibukota Negara
Republik Indonesia yang merupakan tempat kedudukan Pengurus Besarnya.
Pasal 3
1. Nahdlatul
Ulama sebagai Badan Hukum Perkumpulan bergerak dalam bidang keagamaan,
pendidikan, dan sosial.
2. Nahdlatul Ulama
memiliki hak-hak secara hukum sebagai Badan Hukum Perkumpulan termasuk di
dalamnya hak atas tanah dan aset-aset lainnya.
BAB II
PEDOMAN, AQIDAH DAN ASAS
PEDOMAN, AQIDAH DAN ASAS
Pasal
4
Nahdlatul Ulama
berpedoman kepada Al-Qur’an, As-Sunnah, Al-Ijma’, dan Al-Qiyas.
Pasal 5
Nahdlatul Ulama
beraqidah Islam menurut faham Ahlusunnah wal Jama’ah dalam bidang aqidah
mengikuti madzhab Imam Abu Hasan Al-Asy’ari dan Imam Abu Mansur
al-Maturidi; dalam bidang fiqh mengikuti salah satu dari Madzhab Empat (Hanafi,
Maliki, Syafi'i, dan Hanbali); dan dalam bidang tasawuf mengikuti madzhab Imam
al-Junaid al-Bagdadi dan Abu Hamid al-Ghazali.
Pasal
6
Dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, Nahdlatul Ulama berasas kepada Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.
BAB
III
LAMBANG
LAMBANG
Pasal
7
Lambang Nahdlatul Ulama
berupa gambar bola dunia yang dilingkari tali tersimpul, dikitari oleh 9
(sembilan) bintang, 5 (lima) bintang terletak melingkari di atas garis
khatulistiwa yang terbesar di antaranya terletak di tengah atas, sedang 4
(empat) bintang lainnya terletak melingkar di bawah garis khatulistiwa, dengan
tulisan NAHDLATUL ULAMA dalam huruf Arab yang melintang dari sebelah kanan bola
dunia ke sebelah kiri, semua terlukis dengan warna putih di atas dasar hijau.
BAB IV
TUJUAN DAN USAHA
TUJUAN DAN USAHA
Pasal
8
1.
Nahdlatul Ulama adalah perkumpulan/jam’iyyah diniyyah
islamiyyah ijtima’iyyah (organisasi sosial keagamaan Islam) untuk
menciptakan kemaslahatan masyarakat, kemajuan bangsa, dan ketinggian harkat dan
martabat manusia.
2. Tujuan Nahdlatul Ulama
adalah berlakunya ajaran Islam yang menganut faham Ahlusunnah wal Jama'ah untuk
terwujudnya tatanan masyarakat yang berkeadilan demi kemaslahatan,
kesejahteraan umat dan demi terciptanya rahmat bagi semesta.
Pasal
9
Untuk mewujudkan tujuan
sebagaimana Pasal 8 di atas, maka Nahdlatul Ulama melaksanakan usaha-usaha
sebagai berikut:
a. Di bidang agama,
mengupayakan terlaksananya ajaran Islam yang menganut faham Ahlusunnah wal
Jama'ah.
b. Di bidang pendidikan,
pengajaran dan kebudayaan mengupayakan terwujudnya penyelenggaraan pendidikan
dan pengajaran serta pengembangan kebudayaan yang sesuai dengan ajaran Islam
untuk membina umat agar menjadi muslim yang taqwa, berbudi luhur,
berpengetahuan luas dan terampil, serta berguna bagi agama, bangsa dan negara.
c. Di
bidang sosial, mengupayakan dan mendorong pemberdayaan di bidang kesehatan, kemaslahatan dan ketahanan keluarga, dan pendampingan masyarakat yang
terpinggirkan (mustadl’afin).
d. Di bidang ekonomi,
mengupayakan peningkatan pendapatan masyarakat dan lapangan kerja/usaha untuk
kemakmuran yang merata.
e. Mengembangkan usaha-usaha lain
melalui kerjasama dengan pihak dalam maupun luar negeri yang bermanfaat bagi
masyarakat banyak guna terwujudnya Khaira Ummah.
BAB V
KEANGGOTAAN, HAK DAN KEWAJIBAN
KEANGGOTAAN, HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal
10
1. Keanggotaan
Nahdlatul Ulama terdiri dari anggota biasa, anggota luar biasa, dan anggota
kehormatan.
2. Ketentuan untuk menjadi anggota dan pemberhentian keanggotaan
diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal
11
Ketentuan mengenai hak
dan kewajiban anggota serta lain-lainnya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
BAB VI
STRUKTUR DAN PERANGKAT ORGANISASI
STRUKTUR DAN PERANGKAT ORGANISASI
Pasal 12
Struktur Organisasi Nahdlatul Ulama terdiri dari :
a.
Pengurus Besar.
b.
Pengurus Wilayah.
c.
Pengurus Cabang/Pengurus Cabang Istimewa.
d.
Pengurus Majelis Wakil Cabang.
e.
Pengurus Ranting.
f.
Pengurus Anak Ranting.
Pasal 13
Untuk melaksanakan
tujuan dan usaha-usaha sebagaimana dimaksud Pasal 8 dan 9, Nahdlatul UIama
membentuk perangkat organisasi yang meliputi: Lembaga, Lajnah dan Badan Otonom
yang merupakan bagian tak terpisahkan dari kesatuan organisasi Jam'iyah
Nahdlatul Ulama.
BAB
VII
KEPENGURUSAN DAN MASA KHIDMAT
KEPENGURUSAN DAN MASA KHIDMAT
Pasal 14
1.
Kepengurusan Nahdlatul Ulama terdiri dari Mustasyar,
Syuriyah dan Tanfidziyah.
2.
Mustasyar adalah penasehat yang terdapat di Pengurus
Besar, Pengurus Wilayah, Pengurus Cabang/ Pengurus Cabang Istimewa, dan
pengurus Majelis Wakil Cabang.
3.
Syuriyah adalah pimpinan tertinggi Nahdlatul Ulama.
4.
Tanfidziyah adalah pelaksana.
5.
Ketentuan mengenai susunan dan
komposisi kepengurusan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 15
1. Pengurus
Besar Nadhlatul Ulama terdiri dari :
a. Mustasyar
Pengurus Besar.
b. Pengurus
Besar Harian Syuriyah.
c. Pengurus
Besar Lengkap Syuriyah.
d. Pengurus
Besar Harian Tanfidziyah.
e. Pengurus
Besar Lengkap Tanfidziyah.
f. Pengurus
Besar Pleno.
2. Pengurus
Wilayah Nahdlatul Ulama terdiri dari :
a.
Mustasyar Pengurus Wilayah.
b.
Pengurus Wilayah Harian Syuriyah.
c.
Pengurus Wilayah Lengkap Syuriyah.
d.
Pengurus Wilayah Harian Tanfidziyah.
e.
Pengurus Wilayah Lengkap Tanfidziyah.
f.
Pengurus Wilayah Pleno.
3. Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama terdiri dari :
a.
Mustasyar Pengurus Cabang.
b.
Pengurus Cabang Harian Syuriyah.
c.
Pengurus Cabang Lengkap Syuriyah.
d.
Pengurus Cabang Harian Tanfidziyah.
e.
Pengurus Cabang Lengkap Tanfidziyah.
f.
Pengurus Cabang Pleno.
4. Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama terdiri dari:
a.
Mustasyar Pengurus Cabang.
b.
Pengurus Cabang Harian Syuriah.
c.
Pengurus Cabang Lengkap Syuriah.
d.
Pengurus Cabang Harian Tanfidziyah.
e.
Pengurus Cabang Lengkap Tanfidziyah.
f.
Pengurus Cabang Pleno.
5. Pengurus Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama terdiri atas:
a. Mustasyar Pengurus
Majelis Wakil Cabang.
b. Pengurus Majelis Wakil
Cabang Harian Syuriyah.
c. Pengurus Majelis Wakil
Cabang Lengkap Syuriyah.
d. Pengurus Majelis Wakil
Cabang Harian Tanfidziyah.
e. Pengurus Majelis Wakil
Cabang Lengkap Tanfidziyah.
f. Pengurus Majelis Wakil
Cabang Pleno.
6. Pengurus Ranting Nadhlatul Ulama terdiri atas:
a. Pengurus Ranting
Harian Syuriyah.
b. Pengurus Ranting
Lengkap Syuriyah.
c. Pengurus Ranting
Harian Tanfidziyah.
d. Pengurus Ranting
Lengkap Tanfidziyah.
e. Pengurus Ranting
Pleno.
7. Pengurus
Anak Ranting Nahdlatul Ulama terdiri dari:
a. Pengurus Anak Ranting
Harian Syuriyah.
b.
Pengurus Anak Ranting Lengkap Syuriyah.
c.
Pengurus Anak Ranting Harian Tanfidziyah.
d.
Pengurus Anak Ranting Lengkap Tanfidziyah.
e.
Pengurus Anak Ranting Pleno.
8. Ketentuan
mengenai susunan dan komposisi pengurus
diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 16
1. Masa
Khidmat Kepengurusan sebagaimana dimaksud pada Pasal 14 adalah lima tahun dalam
satu periode di semua tingkatan, kecuali Pengurus Cabang Istimewa selama 2 (dua)
tahun.
2. Masa
jabatan pengurus Lembaga dan Lajnah
disesuaikan dengan masa jabatan Pengurus Nahdlatul Ulama di tingkat
masing-masing.
3. Masa Khidmat Ketua Umum Pengurus Badan Otonom adalah 2
(dua) periode, kecuali Ketua Umum Pengurus Badan Otonom yang berbasis usia
adalah 1 (satu) periode.
BAB
VIII
TUGAS
DAN WEWENANG
Pasal
17
Mustasyar bertugas dan
berwenang memberikan nasehat kepada Pengurus Nahdlatul Ulama menurut
tingkatannya baik diminta ataupun tidak.
Pasal
18
Syuriyah bertugas dan
berwenang membina dan mengawasi pelaksanaan keputusan-keputusan organisasi
sesuai tingkatannya.
Pasal
19
Tanfidziyah mempunyai
tugas dan wewenang menjalankan pelaksanaan keputusan-keputusan organisasi
sesuai tingkatannya.
Pasal 20
Ketentuan tentang rincian wewenang dan tugas sesuai pasal
17, 18 dan 19 diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.
BAB IX
PERMUSYAWARATAN
PERMUSYAWARATAN
Pasal 21
1.
Permusyawaratan
adalah suatu pertemuan yang dapat membuat keputusan dan ketetapan
organisasi yang diikuti oleh struktur organisasi di bawahnya.
2.
Permusyawaratan di
lingkungan Nahdlatul Ulama meliputi Permusyawaratan Tingkat Nasional dan
Permusyawaratan Tingkat Daerah.
Pasal
22
1.
Permusyawaratan tingkat nasional yang dimaksud pada pasal
21 terdiri dari:
a. Muktamar
b. Muktamar Luar Biasa
c. Musyawarah Nasional
Alim Ulama
d. Konferensi Besar
Pasal 23
Permusyawaratan tingkat daerah yang dimaksud pada pasal
21 terdiri:
a.
Konferensi Wilayah
b.
Musyawarah Kerja
Wilayah
c.
Konferensi
Cabang/Konferensi Cabang Instimewa
d.
Musyawarah Kerja
Cabang/Musyawarah Kerja Cabang Istimewa
e.
Konferensi Majelis
Wakil Cabang
f.
Musyawarah Majelis
Wakil Cabang
g.
Musyawarah Ranting
h.
Musyawarah Anak
Ranting
Pasal 24
1. Permusyaratan
di lingkungan Badan Otonom Nahdlatul Ulama meliputi permusyawaratan Tingkat
Nasional dan Tingkat Daerah.
2. Permusyawaratan
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 (satu) pasal ini terdiri dari:
a. Kongres
b. Rapat
kerja
3. Permusyawaratan
Badan Otonom merujuk kepada dan tidak boleh bertentangan dengan Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga, Peraturan-Peraturan Organisasi Nahdlatul Ulama dan
Peraturan-Peraturan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.
4. Badan
Otonom Harus meratifikasi hasil permusyawaratan Nahdlatul Ulama.
Pasal 25
Ketentuan lebih lanjut mengenai permusyawaratan diatur
dalam Anggaran Rumah Tangga.
BAB X
RAPAT-RAPAT
Pasal 26
Rapat adalah suatu pertemuan yang dapat membuat
keputusan dan ketetapan organisasi yang dilakukan di masing-masing
tingkat kepengurusan.
Pasal 27
Rapat-rapat di lingkungan Nahdlatul Ulama terdiri dari:
a. Rapat
Pleno.
b. Rapat
Harian Syuriyah dan Tanfidziyah.
c. Rapat
Harian Syuriyah.
d. Rapat
Harian Tanfidziyah.
e. Rapat-rapat
lain yang dianggap perlu.
Pasal 28
Ketentuan lebih lanjut tentang rapat-rapat sebagaimana
tersebut pada pasal 27 akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
BAB XI
KEUANGAN DAN KEKAYAAN
KEUANGAN DAN KEKAYAAN
Pasal
29
1. Keuangan Nahdlatul
Ulama digali dari sumber-sumber dana di lingkungan Nahdlatul Ulama, umat Islam,
maupun sumber-sumber lain yang halal dan tidak mengikat.
2. Sumber dana Nahdlatul Ulama
diperoleh dari:
a.
Uang pangkal.
b. Uang I’anah
Syahriyah
c. Sumbangan
d. Usaha-usaha lain
yang halal.
3. Ketentuan penerimaan dan pemanfaatan keuangan yang termaktub dalam
ayat 1 (satu) dan ayat 2 (dua) pasal ini diatur lebih lanjut dalam Anggaran
Rumah Tangga.
Pasal
30
Kekayaan organisasi
adalah inventaris dan aset Organisasi yang berupa harta benda bergerak dan atau
harta benda tidak bergerak yang dimiliki/dikuasai oleh Organisasi/Perkumpulan
Nahdlatul Ulama.
BAB
XII
PERUBAHAN
PERUBAHAN
Pasal
31
1. Anggaran
Dasar ini hanya dapat diubah oleh Keputusan Muktamar yang sah yang dihadiri
sedikitnya dua pertiga dari jumlah pengurus Wilayah dan Pengurus
Cabang/Pengurus Cabang Istimewa yang sah dan sedikitnya disetujui oleh dua
pertiga dari jumlah suara yang sah.
2. Dalam
hal Muktamar yang dimaksud ayat 1(satu) Pasal ini tidak dapat diadakan karena
tidak tercapai quorum, maka ditunda selambat-lambatnya 1 (satu) bulan dan
selanjutnya dengan memenuhi syarat dan ketentuan yang sama Muktamar dapat
dimulai dan dapat mengambil keputusan yang sah.
BAB
XII
PEMBUBARAN ORGANISASI
PEMBUBARAN ORGANISASI
Pasal
32
1.
Pembubaran Perkumpulan/Jam'iyah Nahdlatul Ulama sebagai
suatu organisasi hanya dapat dilakukan apabila mendapat persetujuan dari
seluruh anggota dan pengurus di semua tingkatan.
2. Apabila Nahdlatul Ulama
dibubarkan, maka segala kekayaannya diserahkan kepada organisasi atau badan amal
yang sefaham dengan persetujuan dari seluruh anggota dan pengurus di semua
tingkatan.
BAB
XIII
PENUTUP
PENUTUP
Pasal
33
Muqaddimah Qanun Asasy
oleh Rais Akbar Hadratus Syaikh Kiai Haji Muhammad Hasyim Asy'ari dan Naskah
Khittah Nahdlatul Ulama merupakan bagian tak terpisahkan dari Anggaran Dasar
ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar