PEMBUKAAN MUKTAMAR XVII
NAHDLATUL ULAMA
MADIUN 1947
Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Hanya
keharibaan-Mu, Ya Allah, kami memuji. Wahai dzat yang merendahkan dan
menghinakan orang-orang yang congkak dan sombong yang telah meruntuhkan
tahta firaun dan para kaisar yang sombong dan congkak.
Tak
seorang pun yang mampu mencegah apa yang engkau berikan dan tak ada
seorang pun yang mampu meberikan apa yang tidak engkau kehendaki untuk
diberikan. Maha Suci , engkau ya Allah dan Maha Unggul.
Alangkah
luas rahmat-Mu dan betapa agung kedermawanan-Mu, walau kebanyakan
manusia ingkar pada-Mu dan tidak percaya akan wujud-Mu serta benci
pada-Mu, meski demikian, Engakau tetap melimpahkan kenikmatan-Mu pada
mereka. Engkau beberkan rizki serta karunia-Mu dan engkau panjangkan
hidup mereka sepanjang masa.
Tambahan
rahmat dan keagungan semoga tetap Engkau limpahkan pada Nabi-Mu yang
Ummi Muhammad SAW. Yang telah Engkau perintahkan untuk membeberkan sayap
rahmat dan salamnya kepada orang-orang mukmin yang mengikutinya. Yang
telah engkau tawarkan padanya gunung uhud untuk dirubah menjadi emas
namun ditolaknya dan beliau memilih hidup zuhud duniawi. Walau demikian
engkau tetap menjadikan beliau unggul melebihi dunia dan isinya.
Sementara itu keagungan budi pekertinya telah meluluh lantakkan hidup oang-orang yang sombong dan pendendam.
Semoga
keselamatan dan kedamaian senantiasan menyertai Nabi besar Muhammad
saw. Ahli abit, beserta sahabat-sahabat beliau dihari kiamat, Wa ba’du,
Saudara-saudara,
peserta muktamar yang berbahagia adalah suatu kewajiban dan keharusan
bagi kita untuk mengatur kehidupan kita serta mewujudkan dan
merealisasikan tujuan yang mulia dengan meperlajari waktu demi waktu di
mana kita telah melangkah dalam perjuangan dan perlawanan kita (dalam
melawan kebatilan).
Boleh
kita merasa senang bila apa yang telah kita kerjakan sesuai dengan apa
yang telah kiat canangkan. Namun kita harus prihatin serta menjadikannya
sebagai pelajaran dan peringatan bila kegagalan dan kerugian yang kita
peroleh.
Hari
ini kita sedang bermuktamar, marilah kita jadikan perbandingan dengan
muktamar terdahulu. Selanjutnya kita koreksi diri kita sendiri termasuk
diantara golongan manakah diantara pernyataan yang disabdakan Nabi
Muhamamd, yaitu : “barang siapa
yang hari ini amal perbuatannya lebih baik dibanding hari kemaren maka
ia tergolong orang yang untung, dan barang siapa yang amal perbuatannya
hari ini sama dengan hari kemaren (tidak ada peningkatan) maka ia
tergolong orang yang rugi. Dan barang siapa yanga amal perbuatannya
lebih jelek dibanding orng kemaren maka tergolong orang yang rusak.”
Pertama:”marilah
kita pelajri poin ini dari dimensi spirit agama, kita kan mengetahui
ternyata kondisi keagamaan kemaren justru lebih baik dibanding hari ini.
Pada tahun-tahun yang lalu perhatian begitu besar terhadap urusan
keagamaan, namun kemudian akhir-akhir ini intensitas dan kepedulian kita
terhadap masalah tersebut semakin melemah bahkan kini hampir tak
terdengar lagi gaungnya.
Lembaga-lembaga
pendidikan agama sepi, penghuninya yang tinggal paling-paling sekitar
sepuluh persen dibanding tahun-tahun yang lalu.
Sekolah-sekolah
Islam (madrasah) banyak yang gulung tikar disebabkan oleh sedikitnya
animo masyarakat dan sulitnya mencari orang-orang yang betul-betul punya
tanggung jawab dan kepedulian yang besar untuk menghidupkannya kembali.
Masjid-masjid
dan mushalla begitu menyedihlan kondisinya, karena walau tersebar
dimana-mana namun yang tinggi hanya bangunan yang sudah mulai ditinggal
jamaah dan crang-crang yang mau merawatnya.
Kedua:”kita
pelajari dari dimensi sosial kemasyarakatan. Disini kita juga mendapati
kenyataan bahwa ruh agama sudah mulai melemah bahkan terkesan lumpuh
dalam kehidupan masyarakat sehingga bekas-bekas ketaatannya sangatlah
sedikit sekali.
Persoalan-persoalan
yang bernuansa agama akan sulit saudara-saudara temukan dalam
masyarakat, seperti apakah sesuatu itu hukumnya halal atau haram.
Kemungkaran begitu merajalela diberbagai tempat, baik yang tersembunyi
ataupun yang terang-terangan. Seperti minum arak yang merupakan sumber
malapetaka sudah tersebar luas di berbagai tempat dan suasana dan bahkan
sudah menjadi kebanggaan. Begitupun pergaulan laki-laki dan perempuan
yang sudah terkesan melecehkan (hukum agama).
Dengan
gamblang mata kita telah menyaksikannya dan dengan jelas telinga kita
telah mendengar akan realita ini. Dan tak seorangpun yang nampak
memperdulikannya, apakah ini halal (diperbolehkan oleh aturan agama)?.
semuanya diam seribu bahasa. Apakah haram? yang mengakibatkan siksa dari
Allah dan kehinaan di dunia.
Ada
lagi hal yang sangat tercela dan hina melebihi apa yang sudah kami
tuturkan di atas, yaitu tersebarnya ajaran-ajaran dan tuntutan yang
mengarah dan menggiring pada kekufuran dan pengingkaran (terhadap Allah)
dikalangan generasi muda Islam, baik didesa maupun dikota-kota besar.
Telah
tersebarnya ajaran historis materialisme sebagai suatu prinsip yang
mencanangkan bahwa kebahagiaan di dunia ini hanya bisa diraih dengan
materi dan tidak percaya dengan hal-hal yang ghaib. (metafisis, ekstra
empiris) serta tidak percaya akan adanya kehidupan setelah mati.
Bahaya
laten ini tak mungkin terelakkan lagi bila sudah tertanam dalam hati
dan sanubari anak-anak kita, dan yang demikian ini bisa merubah tatanan
awal dasar keyakinan mereka terhadap agama Silam yang kita peluk.
Tida daya dan upaya kecuali dari Allah Yang Maha Luhur dan Maha Agung. Adapun ukhuwah Islamiyah pada saat ini hanyalah merupakan jargon-jargon
yang kosong yang keluar dari mulut orator yang hanya merebak di
awang-awang tanpa bisa menyentuh dataran empiris tanpa ada bukti yang
kongrit dalam realita.
Ukhuwah
Islamiyah seakan-akan telah lenyap dari kehidupan masyarakat dimana
seorang muslim yang menyaksikan dengan mata kepala sendiri terhadap
temannya sesama muslim yang telanjang (kelaparan bahkan yang hampir mati
karena kelaparan, hatinya sama sekali tidak tergerak mengulurkan
pertolongan dan membantu berbuat baik. Dia atau sang Muslim yang
menyaksikan ketimpangan sosial tersebut bahkan dia membisu bagaikan
membisunya batu dan besi. Tidak cukup hanya dengan membisu, tapi masih
ditambah lagi dengan mengomel bahwa penghasilan atau income sekarang
lagi seret, kehidupan perekonomian sedang mengalami kemacetan dan
kemunduran bahkan dia menuduh ini sebagai akibat dari menjalankan
kewajiban agama dan kemasyarakatan. Sedangkan dia sendiri mengetahui
bahwa Allah itu Maha Pemberi Rizki, menurunkan rizkinya dengan satu
kadar yang sama. Tidak sulit bagi orang yang menjaga dengan baik
norma-norma agama (Afif) untuk mendapatkan keutamaan (anugrah,
fadhl)dari Allah. Hanya dikarenakan akhla mereka sajalah yang
menyebabkan semuanya menjadi sempait dan sulit.
Ketiga;
kita tinjau dari dimensi politik. Dalam konstelasi perpolitikan, kita
dapati kenyataan bahwa ternyata peranan umat Islam sangat kecil sekali.
Jika jiwa keagamaan, dalam dunia politik di Indonesia ini sangat lemah,
bahkan akhir-akhair ini bisa dikatakan sudah mati.
Walau
demikian, masih ada juga bahaya yang masih besar yaitu dicatutnya label
Islam oleh sebagian manusia sebagai kendaraan yang ditunggangi untuk
bisa sampai kepada apa yang diinginkannya, baik itu berupa kemaslahatan
dari dimensi politik ataupun untuk kepentingan pribadi dengan mengatas
namakan politik. Dan akan lebih berbahaya kagi bila masyarakat
menganggap mereka sebagai orang Islam (yang taat) atau bahkan
memfigurkannya sebagai seorang tokoh, padahal mereka tidak pernah
menundukkan kepala mereka (untuk mentaati) pada hal-hal yang pernah
diperintahkan oleh Allah dan tidak berusaha menjauhi larangannya.
Merekapun tidak pernah menempelkan keningnya (sujud) dilantai masjid,
lalu apakah masih dianggap aneh, bila kondisi semacam ini kemudian
menyebabkan lemahnya spirit keagamaan dinegara kita, bahkan hampir mati.
Saudara-saudara ulama yang mulia..
Setelah
kami jelaskan keterangan tersebut di atas kami ingatkan kepada
saudara-saudara sekalian bahwa hidup, matinya gama Islam di Indoneisa
ini terletak pada saudara,tergantung pada amal perbuatan saudara serta
ketangkasan dan kejelian saudara yang melebihi tindakan orang lain !.
Hari
ini, pada saat-saat kesulitan ini, seluruh umat Islam Indonesia tengah
mencurahkan pandangan dan perhatiannya kepada saudara-saudara sekalian.
Mereka ingin melihat apa yang akan saudara kerjakan demi untuk perbaikan
nasib mereka, baik dalam bidang keagamaan ataupun kemasyarakatan. Jika
saudara-saudara melaksanakan kewajiban-kewajiban saudara untuk
tercapainya tujuan itu sebagaimana Islam telah memerintahkan saudara
untuk berbuat demikian, maka saudara-saudara telah mengobati luka
mereka, telah dapat menarik dan memperoleh simpati yang sekaligus akan
tetap merupakan kepercayaan mereka terhadap saudara dalam :
satu:”
sesungguhnya bila amanat Allah yang telah diletakkan pada pundak
saudara sekalian sampai disia-siakan, maka umat akan kehilangan
kepercayaan mereka terhadap saudara. Sebagaimana lenyapnya kepercayaan
mereka dikarenakan sekarang mereka tidak menemukan orang yang yang
menunjukkan kepada ada pelindung yang mampu melindungi mereka, juga
penanggung yang mau menanggung mereka, ‘pun tidak pelindung yang
melindungi mereka, sehingga jadilah keadaaan mereka seperti orang
sekarat yang sedang meratap di mana kematian mengancam mereka dari tiap
penjuru. Harapan mereka sudah sirna. Kecuali pada saudara sekalian
sebagaimana mereka sangat mendambakan pertolongan dari saudara-saudara ,
apakah saudara akan melaksanakannya.?
Kami
tidak mengatakan hal ini secara berlebihan atau hanya sebatas agitasi
tak berisis. Tapi semuanya ini merupakan kenyataan yang tampak gamblang
bagi mata setiap umat Islam yang mau berfikir.
Dua:
demikianlah, kehidupan negara kita senantiasa diancam oleh
bahaya-bahaya yang ditimbulkan leh musuh-musuh negara, baik dari luat
maupun di dalam negeri dengan segala macam kekuatan, kebencian dan
kedengkian. Dengan segala macam rekayasa, usaha dan tipu daya . hal ini
dilakukan oleh tokoh-tokoh mereka, baik yang perwira maupun yang
bintara. Orang-orang yang sudah dalam barisan (pemberontak) ataupun yang
masih bercokol dalam lembaga-lembaga resmi pemerintah (satu tahun
kemudian, 1943, betul-betul terjadi pemberontakan PKI di Madiun. Pen)
Firman
Allah: “ Mereka (musyrikin, munafiqin) bereka daya (makar, nipu) untuk
mnghacurkan Islam. Dan Allahpun membalas tipu daya mereka. Sesungguhnya
hanya Allah-lah yang paling lihai diantara orang-orang yang berbuat
makar”.
Kepada saudara-saudaralah wahai harapan umat Islam Indonesia, kami tumpukan harapan yang tiada duanya. Kepada
saudara-saudaralah wahai pemegang panji-panjai amanat Allah, kami
canangkan panggilan. Dan dari saudara-saudara pulal kami mohonkan
pertolongan dan keselarasan umat. Seabab hampir semua telah mandeg dari
berusaha, sebagaimana mandegnya tentara Thaluth ketika baru saja
menyeberangi sungai sambil berkata: “tak ada kemampuan bagi kita untuk
menghadapi Thaluth dan bala tentaranya.”
Bangkitlah wahai saudara-saudaraku Ulama!
Kuatkanlah
barisan kaian, kerahkanlah segala potensi dan kekuatan yang ada pada
diri kalian, tetaplah pada keteguhan dan percayalah bahwa:
“tidak
sedikit golongan yang kecil dapat mengalahkan golongan yang besar
dengan izin Allah dan Allah selalu menyertai orang-orang yang sabar”
Demikianlah, kami memohonkan ampun kehadirat Allah, baik untuk diri kami sendiri ataupun untuk saudara-saudara sekalian .
Wassalamualikaum wr. Wb.
Malam Ahad, 5 Rajab 1366 H
24 Mei 1947 M
Tidak ada komentar:
Posting Komentar